Pages

Rabu, 17 Juli 2013

Musik Pop dan Dunianya

untuk sebuah pengawalan, disini saya hanya ingin menyampaikan perspektif saya pribadi mengenai genre pop tersendiri. dan jauh sebelum deskripsi saya, saya ingin memohon maaf yang sangat banyak jika pada hari ini dan pada topik ini saya agak sedikit nylekit membicarakan mengenai genre ini. kembali saya ingatkan, perspektif setiap manusia berbeda-beda, kalian bebas mengasumsikan genre ini seperti apa.

Pop adalah root genre dalam dunia musik. Tidak bisa disangkal dalam setiap eranya genre ini akan mengalami transformasi-transformasi yang tidak bisa kita tolak keberadaannya. Mbulet kalau harus cerita dimulai dari terbentuknya genre ini dan pasti postingan ini berubah menjadi postingan yang membosankan.

Beberapa waktu yang lalu saya mendapatkan ilmu; saya kala itu sharing dengan salah satu pakar musik yang saya kenal –Dino Andalananto– dan disini kami sharing mengenai berbagai macam root genre yang saat ini sedang eksis-eksisnya 

"Kalian boleh suka genre musik apa saja, asalkan jangan Pop. Musik orang bodoh. Ya bukan semuanya sih, maksudku Pop variasi Indonesia," jduer! jujur saja saya juga berpikir bahwa musik Pop adalah musik pembodohan (kembali lagi saya ingatkan, ini adalah perspektif saya secara pribadi) dan variasinya hanya muter-muter disitu saja, tidak ada sesuatu yang khas dari musik pop sendiri.

Pemikiran saya mengenai pop sendiri adalah sebuah musik yang dibuat untuk sebuah popularitas, hanya untuk telinga orang-orang yang belum menemukan kualitas setiap genre musik. Disini saya tidak akan membahas perbandingan genre musik yang saya suka –Alternative dan Post-Rock– dengan Pop itu sendiri. Pada awalnya, musik ini dikenal dengan musik yang mampu mencakup semua masyarakat, terlebih lagi masyarakat yang tidak mampu mendengar musik-musik berdistorsi tinggi dan mentahan. Kualitas –variasi nada dan lirik– pada awalnya juga benar-benar bisa dibuktikan ketenarannya. Tapi itu pada awalnya saja.

Sekitar satu dekade yang lalu musik pop mulai mengalami variasi-variasi yang bisa dibilang variasi yang goblok dan pointless dimana band-band kelas pas-pasan berusaha memasarkan lagu-lagu mereka di industri musik dan lebih mengecewakan lagi beberapa produser tanpa merevisi lebih jauh dampak-dampaknya pada negeri kita ini, mengiyakan dan membantu memasarkan. Disinilah letak awal kesalahannya. Saya tidak akan mengelak, saya juga pernah menyukai musik pop pada masanya. Tapi kembali, saya juga gak goblok-goblok amat diusia 8-9tahun, saya juga masih pilih-pilih dan mencoba memahami mana musik yang baik buat saya dan mana musik yang layak dianggap sampah.

Apa sih yang membuat musik Pop gak worth it lagi? Disini saya akan memaparkannya dengan lebih rinci dan sedetail-detailnya sesuai dengan apa yang saya ketahui. Musik pop yang awalnya baik setelah masuk ke Indonesia bukanlah menjadi musik Pop yang sebenarnya, musik Pop ini mengalami variasi baik dalam segi musikalitas, lirik dan format lainnya. Yang saya katakan Pop adalah musik sampah adalah cabang musik Pop, bukan root genre-nya dan disini saya betul-betul mengharapkan teman-teman mampu menanggapi ulasan saya secara open-minded. Contohnya saja Pop Melayu, kita mulai dari lirik lagunya, apakah ada pelajaran positif yang bisa diambil dari lirik "jangan jangan kau menolak cintaku..." atau lirik "sayang aku bukanlah Bang Toyib..."? Disinilah saya mampu menyimpulkan bahwa genre ini bukanlah genre yang pantas untuk disuguhkan bagi khalayak banyak. Kedua, dari segi musikalitas, saya belum melihat adanya suatu pengembangan dari musikalitas genre musik ini. Yang saya lihat hanya degredasi dan ketidak mampuan sebuah band mengolah musik mereka untuk memiliki ciri khas tersendiri. Hampir semua musikalitas band bergenre Pop Melayu ini sama. Saya kadang sampai bingung, "lha kok sing iki podo karo sing iki?" gendeng kan? Yang ketiga, masih banyak sekali kata-kata gadungan dan gak berpendidikan tercakup dalam lirik lagu mereka dan kebanyakan lagu mereka didengar oleh anak-anak yang belum pada usia yang cukup. Ini namanya pembodohan anak sejak dini (untuk orang tua). Sudah tahu lirik lagunya tidak mendidik masih saja disuguhkan hangat-hangat kepada anak.

Sangat disayangkan, bukan? Padahal King of Pop sendiri memiliki musik yang dahsyat baik dari segi lirik maupun musikalitas tetapi dengan cara yang salah, musisi-musisi kita memuntir musik yang sebenarnya baik menjadi musik kacangan. Bukannya sok mengerti, tapi realita yang ada sudah mengendap di kalangan masyarakat sendiri.

Kembali lagi, saya bukan seorang idealis musik. Saya juga hanya menyukai beberapa genre musik saja. Saya hanya memaparkan gagasan saya mengenai genre ini. Jika ditinjau ulang, jika kita bisa mengembalikan kualitas musik pop sendiri, saya yakin musik ini akan berdampak besar bagi industri musik sendiri. Pertanyaannya adalah, mampukah generasi kita mengembalikan kualitas musik pop? Tidak ada yang tau. Jadi, kritik dan saran tetap saya terima melalui email. Agree or not, ini adalah murni pendapat dan perspektif saya mengenai musik Pop sendiri. Sekian.

x

Tidak ada komentar:

Posting Komentar